Tuesday, June 9, 2015

Jelajah 5 Kuliner Khas Jogja Yang Wajib Dicicipi

Kabut masih menggelayut ketika saya melihat suami menghidupkan mesin Agya. Sembari menenteng jadah tempe, saya mendekati suami.

“Ada masalah, Pah? Kondisinya OKE khan?”

Suami mengacungkan jempol sambil menjawab, “Oke buk, Agya ternyata tangguh juga untuk medan menanjak”.

Saya pun menghembuskan nafas lega mendengar jawaban suami. Maklum ini pertama kalinya city car keluaran Daihatsu itu kami pakai untuk menempuh perjalanan cukup jauh dan menanjak medannya. Kami memang sedang berlibur mengajak anak-anak ke Yogyakarta dalam rangka jelajah kuliner bersama Agya. Tujuan pertama langsung menuju Kaliurang. Saya rindu mencicipi kuliner khas Jogja yang terbuat dari ketan dan lauk tempe bacem ini. Saya lalu menyodorkan sepiring jadah tempe pada suami sembari mengajaknya duduk di teras paviliun. Menikmati jadah tempe yang hangat di pagi hari ditemani teh atau kopi panas sungguh nikmat.
Gurihnya jadah berpadu manisnya tempe bacem.
sumber gambar disini.

Puas menikmati alam Kaliurang hingga tengah hari, kami meluncur ke bawah menuju arah Meguwo. Di ruas ringroad utara, ada tempat wisata kuliner khas Jogja yang sayang di lewatkan. Mie Lethek Mendes Bantul. Namanya unik. Lethek identik dengan kumal.  Dinamakan demikian karena oleh pembuatnya di klaim tidak menggunakan pemutih dan pengawet. Selain itu dalam pengolahannya tidak menggunakan MSG. Sehat bukan? Cocok untuk dua balita yang saya ajak berlibur. Saya memilih mie lethek kuah dan untuk anak-anak saya memesan mie lethek goreng. Sedangkan suami yang suka kuliner agak “nyleneh” memilih menu Plencing Mie Lethek. Yang suka menikmati teh dengan gula batu, rumah makan Mie Lethek Mendes ini juga menyediakan selain pilihan minuman jeruk dan teh botol.
Mau rebus atau gorenng, Mie Lethek enak
sumber gambar disini
Puas menikmati sajian makan siang, kami meluncur ke arah Prambanan untuk menghabiskan siang di Candi Prambanan. Suami dengan santai memacu Agya hingga 100km/jam karena jalanan cukup lengang dan kondisi jalanannya bagus. Sepulangnya dari Candi Prambanan, kami mampir di kedai Gudeg Yu Djum. Siapa yang tak kenal dengan gudeg? Olahan daging nangka muda yang semakin enak rasanya jika semakin lama diolahnya. Dengan tambahan lauk krecek kulit, telur bacem dan ayam bakar yang empuk membuat satu porsi gudeg tandas saya lahap. Anak-anak pun menyukai karena mudah di cerna. Gudeg juga bisa dinikmati dengan tambahan sambal seperti yang suami suka. Tak lupa kami memesan kuliner khas Jogja satu ini dalam kemasan besek untuk oleh-oleh.

Paket komplit seporsi gudeg Yu Djum
sumber gambar disini.
Jalanan di Jogja cukup padat saat sore hari. Begitu memasuki jalanan kota menuju Malioboro, suami cukup waspada. Lebih-lebih memasuki jalanan kawasan Malioboro yang padat merayap.Untungnya Agya gesit dan lincah saat menembus keramaian. Di kawasan Malioboro kami berburu kuliner khas Jogja lainnya yaitu Bakpia Pathok 25. Meski harus masuk dalam ruas jalan yang lebih sempit, Agya tetap mudah dikendarai. Begitu parkir di outlet Bakpia Pathok 25, aroma gurih kacang hijau yang jadi isian langsung menyeruak. Lembutnya isian berpadu dengan renyah kulit bakpia yang masih tersaji hangat langsung dari tempat pengolahan yang jadi satu dengan outlet membuat Bakpia Pathok 25 menjadi favorit saya.

Krenyess lembut Bakpia Pathok 25 nagih
sumber gambar disini
Seharian melakukan jelajah kuliner bersama Agya, anak-anak tertidur di jok belakang. Untung interior Agya lega jadi anak-anak tetap nyaman. Demikian pula bagasinya hingga belanjaan kuliner khas Jogja bisa dimuat tanpa menggangu kenyamanan kami.


Tak ingin lekas meninggalkan Jogja, saya dan suami menyambangi tenda kaki lima Kopi Joss dekat stasiun Tugu. Kuliner khas Jogja satu ini memang unik. Sebongkah arang yang membara di celupkan dalam segelas kopi hingga menimbukkan bunyi, “Jossssss”. Sensasi yang luar biasa. Menikmati kopi joss di lesehan trotoar sambil di hibur lawanan khas pengaman jalanan Jogja menambah semarak acara nongkrong berdua dengan suami.

Uniknya Kopi Joss
sumber gambar disini
Tengah malam kami beranjak pulang menuju Semarang. Meski sudah dipacu seharian, mobil dengan kekuatan mesin 1000 cc 3 silinder masih bertenaga melintas di jalanan. Konsumsi bahan bakar mobil berlabel Low Cost Green Car (LCGC) ini juga cukup irit karena 1 liter bahan bakar bisa menempuh 21 km sehingga kami bisa menghemat biaya perjalanan liburan. Sepanjang perjalanan suami memutar musik melalui perangkat CD yang terpasang di head unit indash. Selain CD, ada perangkat yang bisa membaca USB, MP3 juga sudah memiliki koneksi AUX.

Head Unit Indash Agya yang Canggih
sumber gambar disini
Di saat asyik menikmati berkendara dengan Agya tiba-tiba melintas kucing menyeberang jalan. Sontak suami menginjak rem mendadak. Untung sistem keamanan Agya yang dilengkapi Dual SRS Airbag dan Isofix, pengamanan optimal untuk pemasang child seat langsung berfungsi sehingga aman.
Sistem pengaman optimal Agya
sumber gambar disini
Meski demikian saya tetap kaget sampai memejamkan mata. Ketika saya membuka mata, terlihat anak-anak sedang bermain adu bantal. Rupanya saya sedang bermimpi. Saya lantas menceritakan mimpi bagaimana puasnya jelajah kuliner bersama Agya. Suami yang tahu besar keinginan saya untuk memiliki city car tersebut lantas tertawa dan menjawab,”Iya deh, Agya is Totally You. Besok kita beli Agya”. Jawaban suami pun lantas bersambut sorakan dari anak-anak dan pelukan saya. Welcome home Agya.


Mobil impian ku :)
sumber gambar disini
Referensi:
  • http://autonetmagz.com/7-kelebihan-toyota-agya/5911/
  • http://autonetmagz.com/komparasi-toyota-agya-vs-honda-brio-satya/7292/
  • https://aryawasho.wordpress.com/2014/06/11/review-toyota-agya-tipe-trd-s-mt/


18 comments:

  1. Berubung aku fans berat mie2an, jd pgn bgd nih ngicipin mie lethek...
    Jln2 seraya wisata kuliner paling sip ditemani agya y mak, doi gk bakal nyolek2 duit jatah bwt wisata kuliner, soalnya irit...
    :)

    ReplyDelete
  2. Kalau malam gini baca nih tulisan bikin perut berteriak hehehe #lapar

    ReplyDelete
  3. Aku belum pernah ke yogya, mie lethek itu bikin penasaran ingin nyicioin

    ReplyDelete
  4. Aiiihh mie lethek nih aku belum pernah nyoba Fen... kapan2 klo ke Jogja mau juga ah

    ReplyDelete
  5. makanan khas jogja aku pasti selalu beli bakpia yang bermacam-macam rasa hehehe tapi makanan yang lainnya aku belum nyobain hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru dan enak lhooo kalau bisa jelajahi semuanya

      Delete
  6. Aku suka banget sama bakpianya. Empuk. :D

    ReplyDelete
  7. Banyak banget kuliner khas jogja, sampe bingung mau mampir yang mana dulu. Tapi tetep mie yang nomer 1. :D
    Maaf sebelumnya numpang ngasih info nih, buat yang gamau repot masak waktu mau ngadain pesta/syukuran/resepsi pernikahan tapi tetep pengen nyicip makanan enak?
    kami dari Bu Mentik Catering and Wedding Organizer bisa loh menyediakan jasa catering dan paket pesta pernikahan.. makan dari kami dijamin fresh.. lezat.. halal.. dan tentunya tanpa vetsin.. langsung cek situs kami yuk.. http://www.bumentik.com

    Terimakasih.. :)

    ReplyDelete
  8. Bakpia Patok mbak uenaaaakk.. hahah empukkk

    ReplyDelete

Berbagi pengalaman yuuuk ibu-ibu belajar masak. Ditunggu di form komentar dibawah ini yaaa (^-^)